Sabtu, 26 Desember 2015

CERPEN TEMA PERJUANGAN




SEMANGAT 45
Cipt : zaqiatun wafiatur rohmah  
 x ips 4

 
Pagi ini semangatku sungguh berkobar , bagaikan semangat pejuang 45 . Seragam sekolahku bagaikan seragam tentara . Ku jadikan tinta hitam ini bagaikan peluru menuju kemenangan .
Namaku Lian , aku masih duduk di bangku SMA . Aku hanyalah anak seorang petani . Aku hidup bersama kedua orang tuaku dan satu adikku perempuan yang duduk di Sekolah Dasar . Keluarga kami dibilang kurang mampu .
Aku bercita cita ingin menjadi seorang tentara yang gagah perkasa . Maka dari itu aku harus selalu semangat dan harus bangkit setiap kali terjatuh . Kegiatanku dari pagi hingga petang adalah sekolah , membantu orang tua di sawah dan belajar , itulah rutinitasku . Setiap pulang sekolah aku membantu ayah mencangkul sawah . Sawah - sawah ini lebar tapi itu semua bukan milik ayah namun hanya ayah yang dibayar untuk menggarapnya .
Suatu ketika kami mendapat musibah . Ibu sakit keras , namun kami tak punya biaya untuk membawanya ke rumah sakit .
“Ayah , apakah aku harus berhenti sekolah dan bekerja saja untuk biaya Ibu ?.” aku bertanya kepada ayah .
“Tidak , kamu lanjutkan saja sekolahmu sampai selesai , masalah biaya ibu biar ayah pinjamkan ke renternir.” jawab Ayah.
“ Tapi , aku tidak mau Ayah mendapat resikonya jika meminjam ke renternir.” sahutku.
“Tapi , Ayah juga ingin kamu sekolah yang tinggi , Ayah tidak ingin kamu bernasib sama seperti Ayah.”  sahut ayah .
Aku hanya tertegun diam .
Ke esokan harinya adikku berteriak histeris ,” Mas Lian !!!.
Aku yang baru selesai mandi langsung menuju sumber suara .
“Ada apa Dik ?”. Tanyaku dengan panik .
“Ibu mas.. Ibu“. Jawab  adikku sambil menangis.
“Ibu kenapa ?”. tanyaku sambil mendekati ibu yang terbaring.
“Ibu tidak mau bangun , padahal sudah ku coba membangunkannya”. Jawab adikku lagi .
Aku coba untuk membangunkan ibu , namun ibu tidak terbangun . Aku mulai panik , kucoba untuk memeriksa nafasnya namun tidak ada demikian juga denyut nadinya pun tidak ada . Keringat dingin , tenggorakan kering dan takut menyelimutiku. Aku berlari mencari ayah. Namun ayah tidak di rumah. Aku kemudian berlari menuju sawah dan akhirnya kutemukan ayah disana.
“Ayah,,,,!!!! Ibu tidak mau bangun “. Teriakku.
Ayah segera bergegas dan meninggalkan pekerjaannya dan berlari mendahuluiku pulang ke rumah. Sesampai di rumah , ayah langsung menuju kamar ibu dan terkejut bahwa nyawa ibu sudah tidak ada.
Seiring waktu berganti ayah meninggalkanku dan adikku. Hidupku pun menjadi berubah semangat membara yang kian memudar. Harapan untuk menggapai mulai punah dari hidupku. Namun adikku tak pernah letih menyemangatiku walalu selalu ku abaikan. Hingga suatu pagi ku jumpai adikku dalam keadaan demam. Pikiran akan kejadian yang sudah sudah memenuhi otak ku , aku takut adikku bernasib sama seperti ibu. Maka dari itu aku memutuskan untuk berhenti sekolah dan lebih memilih untuk bekerja demi kesembuhan adikku. Namun soal itu adikku mengetahui hal ini dia melarang keras , dia ingin aku untuk berhenti bekerja dan melanjutkan sekolah.
“Mas, kenapa harus berhenti sekolah ? Mas kan sudah kelas duabelas , sebentar lagi ujian”. Tanya adikku.
“Mas, hanya tidak mau kehilangan kamu, Mas ingin kamu ingin kamu sembuh, agar kamu  bisa menyemangati Mas lagi’. Jawabku .
“Tanpa aku sembuhpun, aku masih akan terus menyemangati Mas Lian”. Sahut adikku .
“Tapi,,”.  Belum sempat aku melanjutkan adikku berkata
“Mas biarkan aku begini, kalau Mas sukses, Mas kan  dapat menyekolahkan aku sampai keperguruan tinggi”.
Aku hanya diam dan terharu akan ucapan adikku.
Dalam hati “Aku harus semangat dimi adikku dan demi ibu di surga”.
Keesokan harinnya aku berangkat sekolah dengan semangat yang kembali menyambar. Ujian akhir nasional sudah dekat, aku harus benar-benar  belajar lebih giat karena aku jarang berangkat di semester ini.

Ujian akhir sekolah…
Pagi-pagi sekali aku bangun dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi ujian nanti. Aku belajar dan berdoa demi kelulusan dan nilai yang sempurna
Tiga hari berlalu ujian pun selesai. Tinggal menunggu pengumuman kelulusan.
Hari - hari yg ditunggu pun akhirnnya tiba. Dengan perasaan senang, deg-degan, dan takut. Aku pun berpamitan dengan adikku untuk pergi ke sekolah mengambil pengumuman. Sesampainya disana banyak sekali orang tua yang hadir hampir semuanya hadir , ya memang semuanya hadir kecuali orangtuaku. Detik-detik pengumuman kelulusan pun sudah semakin dekat. Surat pengumuman kelulusan pun dibagi. Setelah surat itu dibagi dan dibuka banyak sekali ekspresi wajah yang terpancar dari setiap siswa. Ada yang kecewa, senang, terharu, marah , bahkan ada yang putus asa. Dengan gemetar aku berlahan membuka amplop yang didalamnya terdapat pengumuman lulus atau tidak aku. Berlahan namun pasti, kubuka surat itu. Dan didalamnya tercantum namaku dan tertulis lulus. Betapa senangnya aku, aku langsung sujud syukur.
Dan akhirnya aku mendapat nilai terbaik kedua dari 320 siswa yang ada. Aku pun termasuk salah satu dari 3 siswa berprestasi yang mendapat beasiswa. Aku melanjutkan sekolah di kemiliteran hingga cita – citaku tercapai. Semua itu berkat semangat dan kerja keras. Dan akhirnya kini aku hidup bersama adik perempuanku dan ayahku yang kutemukan setahun yang lalu saat kelulusanku dulu.